Mebangun Kesehatan Personil Polri Yang Mantap, Puslitbang Mabes Polri Lakukan Penelitian di Polres TTS
Tibratanewstts.com - Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Mabes Polri turun langsung melakukan penelitian indeks pembangunan kesehatan Polri di Mapolres Timor Tengah Selatan (TTS), Selasa (12/7/2023)
Tim Puslitbang yang dipimpin oleh Kombes Pol. Ade Djadja Subagdja, S.Ik., M.H selaku ketua tim, didampingi Wilhemus Sanga, S.E., M.M, sebagai sekretaris dan Yuli Pertiwi, S.E., M.M selaku anggota Selain itu, turut mendampingi pihak Mabes Polri, yakni Gianinna Ardaneswari, S.Si., M.Si dari Universitas Indonesia (UI).
Tim yang disambut oleh Waka Polres TTS Kompol Ibrahim, SH dan didampingi Oleh Para Kabag, Kasat da' seluruh anggota Polres TTS.
dalam arahannya saat penyambutan, Waka Polres TTS menyampaikan Ucapan terima kasih kepada ketua tim dan anggota atas kedatangannya d Polres TTS, ini merupakan suatu kehormatan bagi Kami Polres TTS.
Terima kasih kepada ketua tim dan rombongan atas kehadirannya di Polres TTS, ini merupakan kehormatan bagi kami dan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan Kami baik kesehatan fisik dan mental, selanjutnya kami mhon petunjuk dan arahan .
Sementara itu, Ketua Tim Puslitbang Mabes Polri Kombes Pol. Ade Djadja Subagdja, S.Ik., M.H saat membuka kegiatan, menjelaskan, alasan melakukan penelitian lantaran saat ini lagi marak dan trend terkait masalah bunuh diri anggota Polri. Karena itu, pihaknya diperintahkan oleh pimpinan untuk trun langsung ke lapangan demi melakukan pengecekan dengan melakukan penelitian.
Mantan Karo SDM Polda Papua ini menjelaskan, tercatat di tahun 2023 hingga bulan juli terdapat sebanyak 18 orang anggota Polri yang meninggal dunia dengan cara bunuh diri. Hal tersebut dikarenakan beberapa penyebab, seperti, masalah finansial, asmara, beban kerja yang terlalu berat dan masalah keluarga.
"Penelitian kesehatan anggota ada dua hal, yaitu kesehatan mental dan kesehatan psikis. Ada anggota yang meninggal akibat mengalami gangguan kesehatan fisik dan akibat kesehatan mental," ujarnya.
Lebih lanjut Kombes Pol. Ade Djadja Subagdja menjelaskan, data dari tahun 2021, 2022 dan 2023 banyak anggota meninggal dunia diakibatkan oleh penyakit. Ada 10 jenis penyakit yang membahayakan di anggota Polri hingga setiap tahun anggota meninggal sampe angka seribu lebih. 10 ranking tertinggi penyakit yang terjadi hingga anggota meninggal, yang pertama adalah penyakit Covid-19, penyakit jantung, diabetes, hipertensi dan penyakit lainya.
"Ada penyakit yang unik, yaitu, penyakit psikis. Ada penyakit unik yang mengakibatkan susut dan lagi trend yaitu kasus meninggal dunia akibat bunuh diri. Meninggal bunuh diri tidak mendapat santunan, tidak mendapat dana pensiun. Sudah petakan dan analisa beberapa penyebab terjadinya anggota yang bunuh diri salah satunya karena masalah materi dan finansial," jelasnya.
"Ingat polisi ini menjadi sorotan di luar sana. Khususnya di dunia medsos kaitan masalah kehidupan hedonisme. Kehidupan yang terlalu berlebihan, kehidupan bermewah-mewahan. Menurut saya, hidup lebih bagus yang biasa-biasa saja. Bukan berarti tidak punya uang," tambahnya.
Dikatakannya, sekarang lagi trend soal judi online, pinjaman online (Pinjol). Hal tersebut marak karena ingin meningkatkan penampilan. "Itu salah satu penyebab terjadinya bunuh diri," ujarnya sembari mengharapkan agar anggota Polri bisa melakukan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Selain masalah finansial, ada juga kasus akibat asmara, percintaan asmara sesama jenis atau LGBT.
Kombes Pol. Ade Djadja Subagdja, menegaskan kepada anggota agar tidak main-main soal masalah kesehatan yang harus menjadi perhatian khusus. Harus bisa menjaga kesehatan serta menjaga pola makan yang baik dan benar. "Polisi harus bisa bergaul dengan atasan, masyarakat umum dan sesama anggota," tegasnya.
Dia juga menekankan soal masalah ibadah. Pasalnya, menurut dia, derajat tertinggi di mata Tuhan adalah mental kepribadian. Jika mental tidak baik maka timbullah berbagai kasus seperti bunuh diri dan lainya. Karena itu, untuk membangun dan meningkatkan mental kepribadian salah satunya melalui kerohanian dalam hal ini ibadah.
"Orang pintar belum tentu sukses. Kalau orang baik dan benar itu gampang kita ajarkan. Tapi kalau orang sudah jahat, walaupun pintarnya kayak apa pun tetap akan licik. Akan menipu kita. Kita butu manusia yang setia, bukan manusia yang pintar. Kalau orang yang setia tidak akan jadi penghianat," ujarnya.
Di akhir sambutan, Kombes Pol. Ade Djadja Subagdja menekankan bahwa, bicara yang benar berarti bicara aturan, bicara etika, bicara aturan adat, bicara aturan negara dan bicara aturan masyarakat.
Selain kesehatan, lanjut Kombes Pol. Ade Djadja Subagdja, juga bicara soal kesejahteraan anggota yang mana bukan saja soal masalah finansial namun juga terkait hak-hak anggota. Selain itu masalah pelayanan dengan sepenuh hati kepada masyarakat. "Jadilah polisi yang baik dan benar," tutupnya.